RedNews.my.id, Cirebon - Kontroversi pupuk bersubsidi untuk kelompok tani e-RDKK ( rencana definitif kebutuhan kelompok) adalah salah satu kunci agar distribusi pupuk bersubsidi berlangsung tepat sasaran, karena ini program presiden Ir. Jokowidodo untuk petani di seluruh Indonesia.
Namun program tersebut rupahnya dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang ingin memperkaya dirinya sendiri tanpa memperhatikan nasib petani, ketika petani penggarap sawah waktu pasca tanam selalu sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi tersebut.
Bakan ada salah satu petani karena tidak mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai jatah yang sudah diatur dalam kartu tani itu, petani tersebut meluapkan kekecewaannya dengan mematahkan atau merusak kartu tani miliknya sendiri didepan toko/kios pupuk tersebut yang ada di jalan pangeran anggabaya desa guwa kidul kecamatan kaliwedi kabupaten cirebon Jawa Barat.
Menurut narasumber yang tidak mau dituliskan namanya, mengatakan, Seharusnya petani penggarap sawah empat setengah hektare yang sudah punya kartu tani subsidi ketika membeli pupuk ke kios tersebut cuma mendapatkan tiga ratus lima puluh kilo gram (350 kg), yang seratus penggarap tersebut dapat lima puluh kilo gram (150 kg). Jelasnya, Sabtu (5/2/2022).
"Nanti menyusul pupuk kurangannya".. jawaban itu yang selalu dilontarkan pemilik kios pupuk saat saya tanya sisa jatah pupuk bersubsidi tersebut.
Penyelusuran tim rednews.my.id terkait kelangka'an pupuk bersubsidi dan salah satu petani yang marah dengan mematahkan atau merusak kartu tani miliknya sendiri dan Fany Petugas Lapangan (PL) wilayah kerja desa Guwa Kidul saat ditemui guna konfirmasi hal tersebut, Dia (Fany) pun membenarkannya.
"Memang benar dan sangat disayangkan ketika ada petani penggarap yang mematahkan dan merusak kartunya karena ketidak pahaman terkait masalah ini".
Lanjut Fany, memang benar pada waktu itukan saya dapat laporan terkait mesin edisi tiba tiba mati/eror otomatis tidak bisa difungsikan,dan sementara secara urgent kios tersebut membagikan pupuk dengan cara manual, sedangkan prasangka dari petani itu berbeda dikira kartu tersebut tidak berfungsi lagi. terangnya.
"Sekarang sudah hampir 100 persen selesai pupuk bersubsidi urea untuk kelompok tani, tinggal pupuk subsidi poska yang masih belum semua terealisasikan,iya tinggal berapa persen lagi".
Sambung Fany, Dan mengenai kios yang nakal saya pun sudah mendengarnya dari informasi masyarakat bahwa kios tersebut diduga menjual pupuk bersubsidi ke daerah lain, dan saya sudah menyikapinya dengan mempertanyakan langsung ke kios tersebut dengan didampingi kepala desa (Kuwu) tetapi pemilik kios pupuk bersubsidi pun mengelaknya, karena memang tidak ada bukti yang kuat seperti bukti foto atau video yang ditunjukkan dari masyarakat langsung.
"Sampai saat ini juga saya sudah memohon ke kepala desa/kuwu untuk kerja samanya turut mengawasi kios tersebut atas aduan masyarakat selama ini" pungkasnya.
Reporter : Turah
Editor. : C.Tisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar